Kamis, 12 Maret 2020

Waktu

Di suatu ruang saat aku duduk, kulihat seseorang berdiri membelakangiku. Postur belakang tubuhnya barangkali sudah tak asing bagiku. Kupandangi sosoknya, hingga dia berbalik badan menghadapku.

Ia mendekatiku, semakin lama semakin mendekat. Jantungku yang sedari tadi berdetak dengan anggun, sekarang iramanya sudah tak terkendali. Semakin ia mendekat, semakin aku menciut. Seakan memompa darah dengan cepat yang entah mengapa membuatku mulas.

Ia berjalan menghampiriku tanpa membawa satu barangpun. Ia berjalan dengan gagah sekaligus anggun di waktu bersamaan. Semakin ia melangkah maju, semakin aku melangkah mundur, namun sayang ada tembok kokoh di punggungku yang menahan langkahku.

Aku tak siap untuk menyapanya. Apa? Menyapa? Hah, sekadar mengetahui dia datang mendekatiku saja aku sudah bergidik. Mencoba memutar memori mencari tahu tentangnya pun hanya mengantarkanku kekecewaan.

Oh, tidak. Dia sudah didepanku. Jarakku dengannya hanya sebatas beberapa jengkal.
Kucoba melemparkan kursi ke kepalanya. “Brak!!” Ayunanku tepat mengenai pelipisnya. Darah bercucuran mengaliri wajahnya.

Ingin sekali aku lari darinya, namun ruangan ini menjadi lebih sempit dan tanpa pintu.

Dia bangkit dari jatuhnya, berdiri dengan sedikit oyong. Berjalan ke arahku hingga aku bisa menghirup aroma tubuhnya.

Dia berhasil menangkap kakiku, menyeretku ketempat yang lebih lega. Membantingku, memukulku. Aku mencoba berteriak meronta-ronta, namun sia-sia.

Aku remuk, aku gepeng, aku sudah tek berbentuk. Semua siksaannya membuatku merasakan penyesalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sembako Kena PPN, Langkah Alternatif Pemerintah Membentuk Masyarakat yang Kuat

Assalamualaikum Wr. Wb. Hai Semua... Kali ini coba kita memikirkan beberapa hal yang baru-baru ini akan dan sudah marak dibahas, yakni w aca...